Minggu, 08 April 2018

Milad HMM FT UTU Ke 11 Dimeriahkan Dengan Seminar Nasional



Meulaboh – Dalam rangka memperingati Milad ( hari ulang tahun ) kesebelas, Himpunan Mahasiswa Mesin Fakultas Teknik Universitas Teuku Umar (HMM FT UTU) menggelar beberapa kegiatan Yaitu Seminar Nasional, Sosialisasi Bahaya Narkoba, Donor Darah, Expo, Service Gratis dan juga berbagai perlombaan, Kegiatan yang dibuka langsung oleh Rektor Universitas Teuku Umar (Prof.Jasman J Ma’ruf, SE., MBA), dalam sambutannya menyampaikan Kegiatan ini sangat baik dan sangat cocok dengan Visi Misi Universitas Teuku Umar juga Rektor menyampaikan agar kegiatan ini terus dilaksanakan dan menjadi panutan untuk jurusan juga fakultas lain, Acara yang diselengarakan dari Kamis (05/04/2018) hingga Minggu (08/04/2018).

Ketua panitia pelaksana, Rafandi mengucapkan bahwa acara Milad HMM FT UTU ini menjadi agenda rutin yang tiap tahunya dilaksanakan, untuk tahun ini kami melaksanakan berbagai kegiatan agenda, ketua panitia melaporkan, adapun Seminar Nasional diisi oleh Narasumber yang hebat-hebat yaitu yang berasal dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) dan Juga Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) dan Narasumber untuk Sosialisasi Bahaya Narkoba diisi oleh Polres Aceh Barat. Juga ketua panitia berharap agar kedepannya kegiatan ini bisa terus dilaksanakan oleh penerus-penerus dan diakhir, ketua panitia mengucapkan terima kasih kepada seluruh panitia yang ikut mensukseskan acara Milad ini dan terima kasih untuk seluruh dsosen teknik mesin juga terima kasih kepada seluruh donator yang telah membantu mengsukseskan acara Milad HMM FT UTU Ke XI Ini.

Sedangkan Ketua HMM FT UTU, Rijal menyampaikan apresiasi kepada panitia yang telah bekerja keras juga berterima kasih sebesarnya kepada narasumber, Dosen Teknik Mesin, Staf Fakultas Teknik juga Kepada Seluruh Donatur yang telah barpartisipasi untuk mengsukseskan acara Milad HMM FT UTU Ke XI ini.

Rijal mengharapkan kedepannya HMM FT UTU semakin berkembang dan dapat melaksanakan kegiatan – kegiatan yang lebih baik lagi, ujarnya.

Sementara pada acara penutupan Milad HMM FT UTU Ke XI hadir Ketua Jurusan Teknik Mesin FT UTU untuk menutup kegiatan Milad HMM FT UTU Ke 11, dalam penyampaiannya beliau menyampaikan kegiatan ini agar kedepannya menjadi tolak ukur agar bisa menjadi lebih baik lagi, dan juga turut hadir HMJ Se-UTU, BEM Fakultas dan DPM Fakultas juga seluruh mahasiswa Teknik Mesin.

*desrah*



Rabu, 30 Agustus 2017

Sejarah Keucamatan Meureubo - Aceh Barat

Meureubo adalah kecamatan hasil pemekaran dari kecamatan Kaway XVI, Meureubo pada masa kerajaan adalah kehubungan yang terdiri sendiri. Kecamatan ini berada pada posisi antara Bukit Barisan dan Samudera Hindia yang memiliki luas wilayah  + 13.000 km yang terdiri dari kawasan pantai, dataran rendah dan dataran tinggi, yang terbatas, Barat dengan Kecamatan Johan Pahlawan, Timur dengan Kecamatan Kuala Pesisir / Kuala Nagan Raya, Utara dengan Kecamatan Kaway XVI, Selatan berbeasan dengan Samudra Hindia.

Wilayah Kecamatan Meureubo terbentuk dari pemekaran Kecamatan Kaway XVI. Awalnya Kaway XVI  terdiri dari 113 gampong dimana wilayahnya cukup luas, antara lain meliputi wilayah pesisir sampai dengan wilayah pegunungan. Wilayah pesisir dimekarkan menjadi wilayah Kecamatan Meureubo yang terdiri dari 2 (dua) kemukiman dan 26 (dua puluh enam) gampong.  Sedangkan wilayah pergunungan dimekarkan menjadi Kecamatan Pante Ceureumen dan Kecamatan Panton Reu.

Kecamatan Meureubo terbentuk pada bulan Februari tahun 1999 yang ketika itu masih berstatus Kecamatan Pembantu Meureubo , Kecamatan Meureubo  terbentuk secara difinitif mulai tanggal 15 juli 2000. Pemekaran ini didasarkan kepada bekas hulubalang Rantau Panyang, Kuala Meureubo, Reudeueb. Namun kemudian hanya dijadikan dua mukim.
Meureubo termasuk Kecamatan yang unik di Aceh Barat sebab di Kecamatan inilah banyak ditemukan masyarakat Aceh yang berbahasa jamu atau aneuk jamee. Mereka sesungguhnya adalah suku Aceh asli yang pulang meratau dari Minang.

Asal muasal terjadinya sebagai berikut : Pada tahun 1630, Sultan Iskandar Muda sangat giat dalam menaklukan wilayah Sumatera termasuk di Tanah Minang. Setelah beliau menguasai Tanah Minang maka beliau menempatkan seorang Gubernur Militer yang bernama Teuku Laksamana Muda Nanta, Panglima Perang Aceh di Andalas Barat. Setelah Abad XVIII terjadinya revolusi Paderi disana maka keturunan Teuku Laksamana ini merasa tidak nyaman karena adanya Konflik dengan Tokoh Minang seperti Imam Bonjol, Haji Piobang, Haji Miskin dan Haji Damanik. Maka berangkatlah mereka untuk pulang ke Aceh.

Rombongan ini dipimpin Machdum Sakti (garis keturunan Teuku Umar) dan mendaratlah mereka di Rantau Nan Dua Baleh pada masa Sulthan Jamalui. Sebenarnya ada tiga datuk yang terkenal yang menjadi Kepala yaitu :
1.      Datok Machudum Sakti dari Rawa
2.      Datok Radja Agam dari Luhak Agam
3.      Datok Radja Alam  Song Song Buluh dari Sumpu

Orang-orang ini lalu menetap masing-masing menebas hutan membuat negeri dan rombongan itu terbagi menjadi tiga yaitu:
1.      Datok Machudum Sakti bermukim di Meureubau
2.      Datok Radja Agam bermukim di Ranto Pandjang
3.      Datok Radja Alam Song Song bermukim di Buluh di Ujung Kalak dan kawin dengan anak seorang patut jang berpengaruh di Ujung Kalak.


Sejak sebelum Republik Indonesia Merdeka, wilayah pesisir Kaway XVI banyak disinggahi oleh pedagang-pedagang dari Padang dan Pariaman. Banyak diantara pedagang tersebut akhirnya menetap sambil terus berniaga sehingga lambat laun daerah pesisir ini menjadi ramai sebagai Bandar Perniagaan, pernah tumbuh pesat diwilayah Kemukiman Ranto Panjang, di sana menjadi Bandar Perniagaan untuk Kota Meulaboh (menurut cerita orang-orang tua yang ada diGampong Ranto Panjang).

            Daerah pesisir Kaway XVI terus berkembang pesat sehingga menjadi ramai dan pembagian wilayah-wilayah menjadi gampong antara lain Gampong Meureubo, Ujong Drien, Pasi Pinang, Ujong Tanjong, Langung dan Peunaga.

            Nomenklatur Kecamatan Meureubo dan Ranto Panjang dijadikan wilayah pesisir dan sering dipakai dalam pembagian jadwal-jadwal pelayanan di Kecamatan Kaway XVI itulah lahir wilayah Meureubo. Adapun nama Meureubo dijadikan kecamatan berawal dari nama Gampong Meureubo, dimana Pusat Kantor kecamatan berdiri di dalam Gampong Meureubo.

            Dari factor alam, Kecamatan Meureubo terletak di daerah tropis yang memilik wilayah pesisir dan sebagian lagi wilayah perbukitan yang memiliki tingkat kesuburanyang baiki, hal ini terlihat dengan tumbuh suburnya perkebunan Karet, Kelapa, Sawit dan Sector Pertanian lainnya seperti sawah tadah hujan dan jenis pertanian lainnya.

            Disamping itu juga, di dalam tanah Kecamatan Meureubo untuk daerah perbukitan dan sekitarnya mengandung bahan mineral berupa batubara.

            Dari factor ekonomi, mayoritas masyarakat di Kecamatan Meureubo bermata pencarian sebagai petani, dan sebagian yang lain berprofesi sebagai nelayan, pedagang dan pegawai negeri sipil.

            Rutinitas pencarian sector  pertanian meliputi kegiatan persawahan (Menanam padi), dan sector perkebunan meliputi kegiatan sebagai petani karet, sawit dan kelapa. Disamping itu juga sebagian masyarakat pesisir melaksanakan ritinitas sebagai nelayan.

            Ditinjau dari bidang social budaya, masyarakat kecamatan Meureubo sekitar 99% menganut agama islam dan sepenuhnya mendukung pelaksanaan Syariat Islam sebagai salah satu Keistimewaan Provinsi Aceh.

            Bahasa Aneuk Jamee dan Bahasa merupakan pengantar sehari-hari yang secara turun-temurun telah menyatu dalam satu budaya yang tidak dapat dipisahkan.

            Masyarakat kecamatan Meureubo umumnya mengkonsumsi beras, sagu, pisang, dan singkong. Seni budaya yang khas antara lain : Pencak Silat, Rapai Saman, dan Seudati serta Tarian Ratep Musekat.

            Dilihat dari segi infrastruktur, Kecamatan Meureubo pada saat ini sedang berjalan proses pembangunan, hal ini dapat dilihat dengan hadirnya Perusahaan tambang batu bara dan penegerian Kampus UTU serta hadirnya beberapa Penguruan Tinggi Swasta lainnya. Selain itu juga dapat dilihat dengan dibangunnya fasilitas Kantor Pemerintah yang berlokasi di Kecamatan Meureubo.

            Dari segi ekonomi, dengan hadirnya Penguruan Tinggi baik Negeri maupun Swasta serta Perusahaan-Perusahaan, dengan sendirinya masyarakat yang berada disekitar tersebut sangat merasakan pengaruh dan manfaatnya bagi kehidupan mereka. Dengan kata lain tingkat pendapatan mereka mengalami peningkatan.

             Dari sektor SDM,masyarakat Kecamatan Meureubo umunya telah mampu baca tulis, dengan kata lain telat mengenyam pendidikan, baik pendidikan formal maupun informal. Apabila di Kecamatan Meureubo keberadaan Pesantren atau Dayah-dayah sangat berperan aktif dalam memajukan dunia pendidikan yang berdampak pada peningkatan sektor masyarakat itu sendiri.
           
            Darimana asal usul Meureubo? Nama Meureubo berasal ketika keturunan orang-orang Aceh yang ditugaskan oleh Kesultanan Aceh ke daerah Minang  kembali ke Aceh dan singgah ditempat yang sekarang bernama Meureubo, dan disebut oleh mereka marabou (merupakan bahasa minang yang berarti meraba) yang bermaksud mereka meraba-raba dalam rangka mencari saudara yang tinggal di Aceh. Namun juga ada pendapat yang mengatakan bahwa nama Meureubo berasal dari banyak batang Rabo di daerah tersebut.

            Salah satu kemukiman di Meureubo adalah Rantau Panyang terkenal dengan ketrampilan masyarakat terutama dalam kerajinan tangan seperti pandai emas, namun yang paling terkenal masa itu adalah kemampuan mereka dakam membuat tudung, inilah yang dimaksud dengan “Rantau Panyang Cop Keureudong”

             Sementara masyarakat Ujung Tanjong terkenal dengan kemampuan orasi lisan mereka terutama dalam Dakwah Agama makanya “Ujung Tanjong peugah haba’’

            Meureubo yang berdomisili diseputar Krueng Meureubo dianggap ahli sebagai nelayan makanya mereka dijuluki dengan “Awak Meureubo Jak Meukawe’’ Disamping itu Meureubo karena memiliki akar yang kuat dengan budaya Minang mereka juga terkenal sebagai pusat keagamaan bagi Aceh Barat dan ketrampilan Pencat Silat.

            Sementara itu Peunaga adalah tempat yang indah alamnya karena adanya lagin dan sungai kecil dengan nyiur kelapanya makanya disebut dengan “Jak Meuwet Wet U Peunaga”
           
            Meureubo juga terkenal sebagai pusat orang-orang kaya baik dari bisnis kerajinan emas maupun hasil alam. Yang paling terkenal pada masa barter dulu tahun 1940-50-an adalah H. Dariyah dimana beliau adalah ekportir karet dan hasil bumi lainnya terutama dengan Pulau Pinang, Malaysia. Hubungan Pulau Pinang dengan Meulaboh akan kita bahas dalam judul Pasar Aceh
            H. Dariyah adalah pengusaha yang sukses dan pada masa itu beliau sudah memiliki telepon rumah, beliau yang lebih dikenal dengan Gedung Kuning bagaikan kastel dan bentuk arsitektur rumah-rumah yang ada di Pulau Pinang. Dirumah yang luas itu juga ditanam rambutan yang manis rasanya, beliau juga memiliki perkebunan karet serta rumanya dihiasi dengan barang barang dari tanah Melayu dan Singapura.
           




                                        

Senin, 28 Agustus 2017

SEJARAH PERGERAKAN MAHASISWA

SEJARAH PERGERAKAN MAHASISWA


Mahasiswa merupakan salah satu elemen penting dalam setiap episode panjang perjalanan bangsa ini. Hal ini tentu saja sangat beralasan mengingat bagaimana pentingnya peran mahasiswa yang selalu menjadi aktor perubahan dalam setiap momen - momen bersejarah di Indonesia. Sejarah telah banyak mencatat, dari mulai munculnya Kebangkitan Nasional hingga Tragedi 1998, mahasiswa selalu menjadi garda terdepan. Beberapa tahun belakangan ini telah banyak tercatat bahwa sudah beberapa kali mahasiswa menancapkan taji intelektualitasnya secara aplikatif dalam memajukan peradaban bangsa ini dari masa penjajahan Belanda, Masa Penjajahan Jepang, Masa Pemberontakan PKI, Masa Orde Lama, Hingga Masa orde baru, peran mahasiswa tidak pernah absen dalam catatan peristiwa penting tersebut.

1908
Dalam Sejarah peradaban bangsa Indonesia, ada beberapa catatan peristiwa yang layak kita pandang sebagai awal mula pergerakan mahasiswa di tanah air. Pergerakan tersebut bermula pada tahun 1908. Pada masa itu,mahasiswa - mahasiswa dari lembaga pendidikan STOVIA mendirikan sebuah wadah pergerakan pertama di Indonesia yang bernama Boedi Oetomo, dimana organisasi ini didirikan di Jakarta pada tanggal 20 Mei 1908. Wadah ini merupakan bentuk sikap kritis mahasiswa tersebut terhadap sistem kolonialisme Belanda yang menurut mereka sudah selayaknya dilawan dan rakyat harus dibebaskan dari bentuk penguasaan terhadap sumber daya alam yang dilakukan oleh penjajah terhadap bangsa ini, walaupun terkesan gerakan yang mereka lakukan masih menunjukkan sifat primordialisme Jawa. Organisasi ini berdiri berawal dari kegiatan akademis berupa diskusi rutin di perpustakaan STOVIA yang dilakukan oleh beberapa mahasiswa Indonesia yang belajar di STOVIA antara lain Soetomo, Goenawan Mangoenkoesoemo, Goembrek, Saleh, dan Soeleman. Melalui diskusi itulah mahasiswa - mahasiswa tersebut mulai memikirkan nasib masyarakat Indonesia yang makin memprihatinkan ditengah kondisi penjajahan dan selalu dianggap bodoh oleh Belanda, disamping itu diperparah dengan kondisi para pejabat pemerintahan pada saat itu dari kalangan pribumi (pangreh praja) yang justru makin menindas rakyatnya demi kepentingan pribadi dan kelanggengan jabatannya, seperti menarik pajak yang tingi terhadap rakyat untuk menarik simpati atasan dan pemerintahan Belanda.
Selain itu, pada tahun 1908 ini juga, mahasiswa Indonesia yang sedang menuntut ilmu di perguruan tinggi di Belanda yaitu Drs. Mhd. Hatta mendirikan organisasi Indische Vereeninging yang kemudian berubah nama menjadi Indonesische Vereeninging pada tahun 1922. Organisasi ini awalnya merupakan suatu wadah kelompok diskusi mahasiswa yang kemudian orientasi pergerakannya lebih jelas dalam hal politik. Misi nasionalisme yang ditunjukkan organisasi ini lebih jelas dipertajam dengan bergantinya nama organisasi ini menjadi Perhimpunan Indonesia. Melalui majalah Indonesia Merdeka, mereka yang tergabung dalam organisasi ini mulai gesit dalam melancarkan propaganda pergerakannya, sudah banyak artikel yang dimuat dalam majalah tersebut yang mengkritisi bagaimana kondisi bangsa pada saat itu, sampai muncul statement yang mengatakan bahwa sudah saatnya Bangsa Indonesia tidak menyebut negaranya dengan sebutan Hindia Belanda. Termasuk dalam majalah tersebut memuat tulisan yang disebut manifesto 1925 yang isinya antara lain:
1. Rakyat Indonesia sewajarnya diperintah oleh pemerintah yang dipilih mereka sendiri;
2. Dalam memperjuangkan pemerintahan sendiri itu tidak diperlukan bantuan dari pihak mana pun dan;
3. Tanpa persatuan kukuh dari pelbagai unsur rakyat tujuan perjuangan itu sulit dicapai.

Selain itu, masih ada organisasi pemuda mahasiswa yang lain seperti Indische Partij yang secara radikal menyuarakan kemerdekaan Indonesia,selain itu ada juga Sarekat Islam, dan Muhammadiyah yang arah pergerakan politiknya lebih condong ke ideologi nasionalisme demokratik yang berlandaskan Islam. Yang perlu kita catat dalam sejarah kemahasiswaan periode ini adalah ketika insiatif beberapa mahasiswa pada tahun 1908 tersebut telah memunculkan sebuah momentum bersejarah yang diperingati setiap tahun sebagai hari kebangkitan nasional yang jatuh pada saat Boedi Oetomo didirikan. Momentum inilah yang telah menjadi batu loncatan awal bagi setiap pergerakan bangsa di tahun - tahun berikutnya.

1928
Sejarah berlanjut pada periode berikutnya di tahun 1928. Pada awalnya, mahasiswa di Surabaya yang bernama Soetomo pada tanggal 19 oktober 1924 mendirikan Kelompok Studi Indonesia (Indonesische Studie-club). Di tempat yang berbeda, oleh Soekarno dan kawan - kawannya dari Sekoleah Tinggi Teknik (ITB) di Bandung beriniisiatif untuk mendirikan Kelompok Studi Umum (Algemeene Studi Club) pada tanggal 11 Juli 1925. Pembentukan kedua kelompok diskusi ini merupakan bentuk kekecewaan mereka terhadap perkembangan pergerakan politik mahasiswa yang semakin tumpul pada masa itu.
Kemudian pada tahun 1926, terbentuklah organisasi Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) yang merupakan organisasi yang berusaha untuk menghimpun seluruh mahasiswa di Indonesia dan lebih menyuarakan yang namanya wawasan kebangsaan dalam diri mahasiswa. Hal tersebut lah yang kemudian mereka realisasikan dengan menyelenggarakan sebuah kongres paling bersejarah dalam dunia kepemudaan mahasiswa di tanah air. Yaitu Kongres Pemuda II yang berlangsung di Jakarta pada 26-28 Oktober 1928 yang kemudian menghasilkan sumpah pemuda yang sangat bersejarah tersebut.

1945
Periode ini merupakan periode yang sangat penting dalam sejarah bangsa Indonesia, peran pemuda mahasiswa juga tidak lepas dan terlihat sangat vital dalam mewujudkan suatu misi besar bangsa Indonesia pada saat itu yaitu melepaskan diri dari belenggu pejajahan atau merebut kemerdekaan. Kondisi pergerakan mahasiswa pada saat itu tidak semudah pada periode - perode sebelumnya. Secara umum kondisi pendidikan maupun kehidupan politik pada zaman pemerintahan Jepang jauh lebih represif dibandingkan dengan kolonial Belanda, antara lain dengan melakukan pelarangan terhadap segala kegiatan yang berbau politik, dan hal ini ditindak lanjuti dengan membubarkan segala organisasi pelajar dan mahasiswa, termasuk partai politik, serta insiden kecil di Sekolah Tinggi Kedokteran Jakarta yang mengakibatkan mahasiswa dipecat dan dipenjarakan. Dan secara praktis, akhirnya mahasiswa - mahasiswa pada saat itu mulai menurunkan intensitas pergerakannya dan lebih mengerucutkannya dalam bentuk kelompok diskusi. Yang berbeda pada masa tersebut adalah, mahasiswa - mahasiswa pada waktu itu lebih memilih untuk menjadikan asrama mereka sebagai markas pergerakan. Dimana terdapat 3 asrama yang terkenal dalam mencetak tokoh - tokoh yang sangat berpengaruh dalam sejarah, yaitu asrama Menteng Raya, Asrama Cikini, dan Asrama Kebon Sirih. Melalui diskusi di asrama inilah kemudian lahir tokoh - tokoh yang nantinya bakal menjadi motor penggerak penting munculnya kemerdekaan bangsa Indonesia. Tokoh - tokoh tersebut secara radikal dan melalui pergerakan bawah tanah melakukan desakan kepada Soekarno dan Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan setelah melalui radio mereka mendengar bahwa telah terjadi insiden bom atom di Jepang, dan mereka berpikir bahwa inilah saat yang tepat untuk mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia. Mahasiswa - mahasiswa yang terdiri dari Soekarni dan Chairul Saleh inilah yang akhirnya terpaksa menculik tokoh proklamator tersebut sampai ke Rengasdengklok agar lebih memberikan tekanan kepada mereka untuk lebih cepat dalam memproklamasikan kemerdekaan. Peristiwa inilah yang kemudian tercatat dalam sejarah sebagai peristiwa Rengasdengklok.

1966
Pada masa setelah kemerdekaan, mulai bermunculan secara bersamaan organisasi - organisasi mahasiswa di berbagai kampus. Berawal dari munculnya organisasi mahasiswa yang dibentuk oleh beberapa mahasiswa di Sekolah Tinggi Islam (STI) di Yogyakarta, yang dimotori oleh Lafran Pane dengan mendirikan organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) pada tanggal 5 Februari 1947. Organisasi ini dibentuk sebagai wadah pergerakan mahasiswa yang dilatarbelakangi oleh 4 faktor utama yang meliputi Situasi Dunia Internasional, Situasi NKRI, Kondisi Mikrobiologis Ummat Islam di Indonesia, Kondisi Perguruan Tinggi dan Dunia Kemahasiswaan. Selain itu pada tahun yang sama, dibentuk pulalah Perserikatan Perhimpunan Mahasiswa Indonesia (PPMI) yang didirikan melalui kongres mahasiswa di Malang. Lalu pada waktu yang berikutnya didirikan juga organisasi - organisasi mahasiswa yang lain seperti Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) yang berhaluan pada ideologi Marhaenisme Soekarno, Gerakan Mahasiswa Sosialis Indonesia (GAMSOS) yang lebih cenderung ke ideologi Sosialisme Marxist, dan Concentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI) yang lebih berpandangan komunisme sehingga cenderung lebih dekat dengan PKI (Partai Komunis Indonesia).Sebagai imbas daripada kemenangan PKI pada pemilu tahun 1955, organisasi CGMI cenderung lebih menonjol dibandingkan dengan organisasi - organisasi mahasiswa lainnya. Namun justru hal inilah yang menjadi cikal bakal perpecahan pergerakan mahasiswa pada saat itu yang disebabkan karena adanya kecenderungan CGMI terhadap PKI yang tentu saja dipenuhi oleh kepentingan - kepentingan politik PKI. Secara frontal CGMI menjalankan politik konfrontasi dengan organisasi - organisasi mahasiswa lainnya terutama dengan organisasi HMI yang lebih berazazkan Islam. Berbagai bentuk propaganda politik pencitraan negatif terus dibombardir oleh CGMI dan PKI kepada HMI, beberapa bentuk propaganda yang mereka wujudkan yaitu salah satunya melalui artikel surat kabar yang berjudul Quo Vadis HMI. Perseturuan antara CGMI dan HMI semakin memanas ketika CGMI berhasil merebut beberapa jabatan di organisasi PPMI dan juga GMNI, terlebih setelah diadakannya kongres mahasiswa V tahun 1961.
Atas beberapa serangan yang terus menerus dilakukan oleh pihak PKI dan CGMI terhadap beberapa organisasi mahasiswa yang secara ideologi bertentangan dengan mereka, akhirnya beberapa organisasi mahasiswa yang terdiri dari HMI, GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia), PMKRI, PMII, Sekretariat Bersama Organisasi-organisasi Lokal (SOMAL), Mahasiswa Pancasila (Mapancas), dan Ikatan Pers Mahasiswa (IPMI), mereka sepakat untuk membentuk KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia). Dimana tujuan pendiriannya, terutama agar para aktivis mahasiswa dalam melancarkan perlawanan terhadap PKI menjadi lebih terkoordinasi dan memiliki kepemimpinan. Munculnya KAMI diikuti berbagai aksi lainnya, seperti Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI), Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI), Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI), dan lain-lain.
Berawal dari semangat kolektifitas mahasiswa secara nasional inilah perjuangan mahasiswa yang dikenal sebagai gerakan angkatan '66 inilah yang kemudian mulai melakukan penentangan terhadap PKI dan ideologi komunisnya yang mereka anggap sebagai bahaya laten negara dan harus segera dibasmi dari bumi nusantara. Namun sayangnya, di tengah semangat idealisme mahasiswa pada saat itu ada saja godaan datang kepada mereka yang pada akhirnya melunturkan idealisme perjuangan mereka, dimana setelah masa orde lama berakhir, mereka yang dulunya berjuang untuk menruntuhkan PKI mendapatkan hadiah oleh pemerintah yang sedang berkuasa dengan disediakan kursi MPR dan DPR serta diangkat menjadi pejabat pemerintahan oleh penguasa orde baru. Namun di tengah gelombang peruntuhan idealime mahasiswa tersebut, ternyata ada sesosok mahasiswa yang sangat dikenal idealimenya hingga saat ini dan sampai sekarang tetap menjadi panutan para aktivis - aktivis mahasiswa di Indonesia, yaitu Soe Hok Gie. Ada seuntai kalimat inspiratif yang dituturkan oleh Soe Hok Gie yang sampai sekarang menjadi inspirasi perjuangan mahasiswa di Indonesia, secara lantang ia mengatakan kepada kawan - kawan seperjuangannya yang telah berbelok idealimenya dengan kalimat "lebih baik terasingkan daripada hidup dalam kemunafikan".

1974
Periode ini sangat berbeda sekali dengan periode sebelumnya di tahun 1966, dimana pada masa pergerakan mahasiswa tahun 1966 mahasiswa melakukan afiliasi dengan pihak militer dalam menumpas PKI. Pada periode 1974 ini, mahasiswa justru berkonfrontasi dengan pihak militer yang mereka anggap telah menjadi alat penindas bagi rakyat. Gelombang perlawanan bermula sejak dinaikkannya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang dianggap meneyengsarakan rakyat. Selain itu, isu pemberantasan korupsi juga dengan lantang digalakkan oleh mahasiswa yang mendesak agar pemerintah lebih tegas dalam menjerat koruptor yang terdiri dari pejabat - pejabat pemerintahan saat itu. Melalui pergerakan inilah muncul suatu gerakan yang disebut "Mahasiswa Menggugat" yang dimotori oleh Arif Budiman dan Hariman Siregar yang menyuarakan isu korupsi dan kenaikan BBM. Menyusul pergerakan mahasiswa yang terus meluas, secara inisisatif mahasiswa membentuk Komite Anti Korupsi (KAK) yang diketuai oleh Wilopo.
Namun ketika kebusukan - kebusukan rezim pemerintahan orde baru terus mencuat di permukaan, dengan serta merta pemerintah melakukan berbagai rekayasa politik guna meredam protes massa dan mempertahankan status quo, terlebih menjelang pemilu tahun 1971.
Namun hal tersebut tidak juga berhasil dalam meredam gelombang protes mahasiswa, secara bersama - sama, masyarakat dan mahasiswa terus melancarkan sikap ketidakpercayan mereka terhadap 9 partai politik dan Golongan Karya yang selama ini menjadi wadah aspirasi politik mereka dengan munculnya Deklarasi Golongan Putih (Golput) pada tanggal 28 Mei 1971. Dimana gerakan ini dimotori oleh Adnan Buyung Nasution, Asmara Nababan, dan Arif Budiman. Selain itu mahasiswa juga melancarkan kritik kepada pemerintah yang telah melakukan pemborosan anggaran negara dengan melakukan beberapa proyek eksklusif yang dinilai tidak perlu untuk pembangunan. Salah satunya adalah dengan mendirikan Taman Mini Indonesia Indah, yang sebenarnya proyek - proyek tersebut dijadikan alasan bagi Indonesia untuk terus - menerus menyerap hutang terhadap pihak luar negeri.
Gelombang Protes semakin meledak ketika harga barang kebutuhan semakin melambung dan budaya korupsi di kalangan pejabat pemerintah semakin menular, gelombang protes inilah yang memunculkan suatu gerakan yang dikenal dengan nama peristiwa Malari pada tahun 1974 yang dimotori oleh Hariman Siregar. Melalui gerakan tersebut lahirlah Tritura Baru selain daripada 2 tuntutan yaitu Bubarkan Asisten Pribadi dan Turunkan Harga.

Periode NKK/BKK
Pada masa inilah pergerakan mahasiswa mulai dimatikan peran dan fungsinya oleh pemerintah, yaitu sejak terpilihnya Soeharto untuk yang ketiga kalinya melalui Pemilihan Umum. Maka guna meredam sikap ktiris mahasiswa terhadap pemerintah dan untuk mempertahankan status quo pemerintahan maka dikeluarkanlah Kebijakan Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK) melalui SK No.0156/U/1978. Konsep ini mencoba mengarahkan mahasiswa hanya menuju pada jalur kegiatan akademik, dan menjauhkan dari aktivitas politik karena dinilai secara nyata dapat membahayakan posisi rezim. Menyusul diadakannya konsep NKK tersebut maka pemerintah melakukan tindakan pembekuan terhadap beberapa organisasi Dewan Mahasiswa di beberapa kampus di Indonesia yang kemudian diganti dengan membentuk struktur organisasi baru yang disebut Badan Koordinasi Kampus (BKK). Berdasarkan SK menteri P&K No.037/U/1979 kebijakan ini membahas tentang Bentuk Susunan Lembaga Organisasi Kemahasiswaan di Lingkungan Perguruan Tinggi, dan dimantapkan dengan penjelasan teknis melalui Instruksi Dirjen Pendidikan Tinggi tahun 1978 tentang pokok-pokok pelaksanaan penataan kembali lembaga kemahasiswaan di Perguruan Tinggi. Kebijakan BKK itu secara implisif sebenarnya melarang dihidupkannya kembali Dewan Mahasiswa, dan hanya mengijinkan pembentukan organisasi mahasiswa tingkat fakultas (Senat Mahasiswa Fakultas-SMF) dan Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (BPMF). Namun hal yang terpenting dari SK ini terutama pemberian wewenang kekuasaan kepada rektor dan pembantu rektor untuk menentukan kegiatan mahasiswa, yang menurutnya sebagai wujud tanggung jawab pembentukan, pengarahan, dan pengembangan lembaga kemahasiswaan.
Sehingga praktis, kondisi kehidupan mahasiswa dalam melakukan pergerakan politik menjadi lumpuh. Yang kemudian akhirnya menyebabkan mahasiswa hanya fokus ke urusan akademis dan menjadi apatis. Terlebih lagi dengan munculnya beberapa organisasi kemasyarakatan yang pada saat itu justru menjadi alat kepentingan politik pemerintah. Sehingga tidak heran pada saat itu kondisi rezim semakin kuat dan tegak.

1998
Namun pengekangan terhadap mahasiswa melalui NKK/BKK tidak bertahan lama. Gejolak krisis moneter di seluruh dunia telah membuat kondisi perekonomian di Indonesia terguncang hebat. Hal tersebut ditandai dengan menaiknya angka tukar rupiah terhadap dolar yang menembus Rp 17.000/Dolar. Hal ini tentu saja sangat mengejutkan masyarakat Indonesia, khususnya mahasiswa yang akhirnya animo pergerakannya mulai bangkit setelah sebelumnya mengalami mati suri yang cukup panjang. Dimulai ketika pada saat 20 mahasiswa UI yang mendatangi gedung MPR/DPR RI denga tegas menolak pidato pertanggungjawaban presiden yang disampaikan melalui sidang umum MPR dan menyerahkan agenda reformasi nasional kepada MPR. Kondisi Indonesia semakin tegang sejak harga BBM melonjak naik hingga 71% yang ditandai dengan beberapa kerusuhan yang terjadi di Medan yang setidaknya telah memakan 6 korban jiwa. Kegaduhan berlanjut pada tanggal 7 Mei dan 8 Mei. Yaitu peristiwa cimanggis,dimana pada saat itu telah terjadi bentrokan antara mahasiswa dan aparat keamanan di kampus Fakultas Teknik Universitas Jayabaya, Cimanggis, yang mengakibatkan sedikitnya 52 mahasiswa dibawa ke RS Tugu Ibu, Cimanggis. Dua di antaranya terkena tembakan di leher dan lengan kanan, sedangkan sisanya cedera akibat pentungan rotan dan mengalami iritasi mata akibat gas air mata, Kemudian peristiwa Gejayan di Yogyakarta yang telah merenggut nyawa 1 orang mahasiswa.
Hal tersebut tentu saja makin membuat panas situasi antara mahasiswa dan pemerintah, terutama terhadap militer yang mereka anggap telah berbuat semena-mena terhadap mahasiswa yang berdemonstrasi. Demonstrasi besar-besaran yang dilakukan oleh mahasiswa pun akhirnya semakin merebak dan meluas. Di Jakarta sendiri, ribuan mahasiswa telah berhasil menduduki gedung MPR/DPR RI pada tanggal 19 Mei 1998. Atas berbagai tekanan yang terjadi itulah akhirnya pada tanggal 21 Mei 1998 pukul 09.00, presiden RI pada saat itu, yaitu Soeharto resmi mengundurkan diri, dan kemudian menyerahkan jabatannya ke wakil presidennya yaitu Prof.BJ Habibie.
Namun hal tersebut tidak serta merta membuat masyarakat puas, karena mereka masih menganggap bahwa Habibie merupakan antek orde baru. Peristiwa terus berlanjut hingga menjelang akhir tahun, yaitu ketika sidang istimewa MPR digelar pada bulan November. Mahasiswa terus melakukan perlawanan terhadap pemerintahan Habibie yang masih mereka anggap sebagai regenerasi Orde Baru, dan menyatakan sikap ketidakpercayaan terhadap anggota MPR/DPR RI yang masih berbau orde baru. Selain itu mereka juga mendesak agar militer dibersihkan dari kegiatan politik dan menentang dwifungsi ABRI. Sepanjang diadakannya Sidang Istimewa itu masyarakat bergabung dengan mahasiswa setiap hari melakukan demonstrasi ke jalan-jalan di Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia. Peristiwa ini mendapat perhatian sangat besar dari seluruh Indonesia dan dunia internasional. Hampir seluruh sekolah dan universitas di Jakarta, tempat diadakannya Sidang Istimewa tersebut, diliburkan untuk mencegah mahasiswa berkumpul. Apapun yang dilakukan oleh mahasiswa mendapat perhatian ekstra ketat dari pimpinan universitas masing-masing karena mereka di bawah tekanan aparat yang tidak menghendaki aksi mahasiswa. Aksi perlawanan terus bergejolak dan ketika itulah tragedi ini bermula. Yaitu ketika beberapa aksi mahasiswa tersebut dihadang oleh pihak militer yang bersenjata api lengkap dengan kendaraan lapis baja mereka. Usaha militer untuk membubarkan mahasiswa telah mengakibatkan bentrok yang cukup hebat, usaha tersebut diwarnai dengan beberapa tembakan senjata yang dilakukan oleh aparat terhadap mahasiswa secara membabi buta guna membubarkan massa. Alhasil, Tindakan membabi buta yang dilakukan pihak militer pada saat itu telah menyebabkan 17 orang meninggal dunia, dan ratuan lainnya luka berat. Korban meninggal dan luka-luka tidak hanya memakan nyawa mahasiswa saja, mulai dari tim relawan kemanusiaan, wartawan, dan masyarakat juga ikut menjadi korban, termasuk anak kecil yang masih berusia 6 tahun tewas tertembak peluru nyasar.
Peristiwa reformasi inilah yang kemudian menjadi catatan kelam negeri ini, yang telah menumpahkan darah mereka-mereka yang ingin berjuang untuk negeri. Yang juga menjadi titik pencerahan baru bagi perubahan Indonesia di masa selanjutnya. Dimana kebebasan dalam menyampaikan aspirasi dan kebebasan pers yang sebelumnya tidak dijumpai pada masa orde baru kembali diperoleh oleh masyarakat di negeri ini. Namun, ada 1 agenda reformasi yang sampai sekarang belum bisa terwujudkan yaitu pemberantasan korupsi yang hingga kini masih menjadi wabah berbahaya bagi stabilitas negara.

Mahasiswa Sebagai Penancap Tombak Peradaban
Peradaban bangsa ini semakin mengalami perubahan adalah tak lain karena ada peran pemuda mahasiswa di dalamnya. Catatan sejarah tersebut setidaknya telah menjadi bukti bahwa mahasiswa selalu menempatkan diri dalam setiap perubahan historik dan patriotik di negeri ini. Mengapa Harus Mahasiswa???
Berdasarkan karakterisitik alamiahnya, pemuda mahasiswa memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan elemen - elemen masyarakat lainnya. Sebagai seorang yang memiliki jiwa muda, mahasiswa merupakan sesosok figur yang bisa dikatakan memiliki karakter yang masih memiliki idealisme yang tinggi dalam berjuang, mereka tidak segan - segan untuk menyuarakan kekesalan dan kritik mereka terhadap siapapun yang mereka anggap menyimpang dari kondisi ideal. Mahasiswa merupakan sosok insan akademis yang sedang menjalankan aktifitas pendidikan yang terbilang tinggi sehingga mereka beranggapan bahwa ilmu yang mereka dapatkan merupakan sebuah senjata pamungkas untuk mengabdikan diri ke masyarakat. Mahasiswa juga dikenal kreatif dalam membangun ilmu yang didapatkannya serta mengaplikasikannya ke masyarakat karena secara biologis pemuda masih memiliki kondisi yang fresh untuk berpikir dan bertindak secara fisik. Mahasiswa sebagai pemuda juga memiliki keingintahuan dan sikap kritis yang tinggi terhadap kondisi di sekitarnya, dan dengan modal intelektualitas yang ia punya ia senantiasa mampu untuk memperjuangkan kondisi sosial yang dilihatnya agar menjadi lebih ideal dan dinamis.
Pada kesimpulannya, mahasiswa memiliki 3 modal dasar yang membuat ia mampu disebut sebagai agent of change (agen perubahan) dan agent of social control (agen pengawas sosial) yaitu kekuatan moralnya dalam berjuang karena pada intinya apa yang ia buat adalah semata - mata berlandaskan pada gerakan moral yang menjadi idealismenya dalam berjuang, yang kedua adalah kekuatan intelektualitasnya, melalui ilmu pengetahuan yang ia raih di bangku pendidikan, ia senantiasa ingin mengaplikasiakan segenap keilmuannya untuk gerakan moral dan pengabdian kepada masyarakat, karena baginya ilmu merupakan suatu amanah dan tanggung jawab yang harus diamalkan, yang ketiga adalah mahasiswa sebagai seorang pemuda memiliki semangat dan jiwa muda yang merupakan karakter alami yang pasti dimiliki oleh setiap pemuda secara biologis, dimana melingkupi kekuatan otak dan fisik yang bisa dikatakan maksimal, lalu kratifitas, responsifitas, serta keaktifannya dalam membuat inovasi yang sesuai dengan bidang keilmuannya.
Mungkin hal - hal inilah yang menjadi faktor utama mengapa pemuda mahasiswa yang selalu menjadi aktor peradaban dan tulang punggung perjuangan bangsa dalam membangun peradabanya, bahkan seorang Soekarno juga mengakui kemampuan yang dimiliki pemuda mahasiswa tersebut melalui statementnya "berikan aku sepuluh pemuda, maka akan aku guncang dunia". Dan memang begitu lah kenyataannya dan fakta yang tidak bisa ditolak oleh siapapun perihal tinta emas yang telah digoreskan oleh pemuda mahasiswa dimanapun dia berada.
Mungkin sejarah gerakan mahasiswa ini layaknyalah kita jadikan sebagai bahan refleksi kita semua khususnya yang sekarang menjadi seorang mahasiswa bahwa inilah sebenarnya peran dan tanggung jawab kita sebagai pemuda mahasiswa yang telah ditunjukkan oleh para pendahulu kita yang sudah terlebih dahulu menancapkan tombak perubahannya di negeri ini. Lantas kita yang seharusnya melanjutkan perjuangan mereka harus bagaimana???
apakah sejarah ini layak kita sia-siakan dengan keapatisan kita selama ini??
Sudah saatnya pemuda mahasiswa saat ini mulai bangun dari tidur panjangnya, mana semangat pemuda mahasiswa tahun 1908, 1928, 1945, 1966, sampai 1998 yang sempat mengguncang Indonesia tersebut???
mari kita renungkan sama-sama dan kita ciptakan sejarah kita yang nantinya bakal menjadi tinta emas peradaban bangsa kita yang semakin terpuruk ini.

HIDUP MAHASISWA!!!

Rabu, 16 Agustus 2017

Spanduk 17 Agustus


Selamat Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke 72
Merdeka Itu, Ketika tidak ada lagi penganguran di Negara Indonesia.
MERDEKA 17 Agustus 2017 Gampong Pasi Pinang.

Sabtu, 05 Agustus 2017


BAJU KAOS LOVE PASI PINANG.
HARGA INBOX OR TELPON
MINIMAL PESAN 24 lbr.

Jumat, 04 Agustus 2017

Terobosan Baru Dari BUMG PINANG JAYA


ACEH BARAT - Jum'at (5/8), Direktur BUMG Pinag Jaya menyampaikan pada tahun 2017 ini BUMG Pinang Jaya bertekat bulat untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab sepenuhnya yang diberikan oleh Keuchik Gampong Pasi Pinang.

BUMG Pinang Jaya pada tahun ini akan mengelola usaha baru, yaitu usaha Doorsmeer Hidrolik Sepeda Motor, yang mana kita lihat didaerah kita Aceh Barat belum lagi mempunyai Dorsmeer Hidrolik, makanya kita akan membuat dorsmeer tersebut.
Juga Direktur BUMG Pinang Jaya menyampaikan keuntungan pada pekerja dorsmeer lebih mudah dan lebih mengurangi rasa lelah pada saat bekerja.

Maka dengan hadir Dorsmeer Hidrolik ini kita jugak berharap agar bisa mengurangi angka penganguran di gampong, juga kami berharap agar dengan hadirnya Dorsmeer tersebut warga Aceh Barat bisa datang dan merasakan bersihnya sepeda motor masyarakat. (ungkapan penutupan).