Meureubo adalah
kecamatan hasil pemekaran dari kecamatan Kaway XVI, Meureubo pada masa kerajaan
adalah kehubungan yang terdiri sendiri. Kecamatan ini berada pada posisi antara
Bukit Barisan dan Samudera Hindia yang memiliki luas wilayah + 13.000 km yang terdiri dari kawasan pantai,
dataran rendah dan dataran tinggi, yang terbatas, Barat dengan Kecamatan Johan
Pahlawan, Timur dengan Kecamatan Kuala Pesisir / Kuala Nagan Raya, Utara dengan
Kecamatan Kaway XVI, Selatan berbeasan dengan Samudra Hindia.
Wilayah Kecamatan
Meureubo terbentuk dari pemekaran Kecamatan Kaway XVI. Awalnya Kaway XVI terdiri dari 113 gampong dimana wilayahnya
cukup luas, antara lain meliputi wilayah pesisir sampai dengan wilayah
pegunungan. Wilayah pesisir dimekarkan menjadi wilayah Kecamatan Meureubo yang
terdiri dari 2 (dua) kemukiman dan 26 (dua puluh enam) gampong. Sedangkan wilayah pergunungan dimekarkan
menjadi Kecamatan Pante Ceureumen dan Kecamatan Panton Reu.
Kecamatan Meureubo
terbentuk pada bulan Februari tahun 1999 yang ketika itu masih berstatus
Kecamatan Pembantu Meureubo , Kecamatan Meureubo terbentuk secara difinitif mulai tanggal 15
juli 2000. Pemekaran ini didasarkan kepada bekas hulubalang Rantau Panyang,
Kuala Meureubo, Reudeueb. Namun kemudian hanya dijadikan dua mukim.
Meureubo termasuk
Kecamatan yang unik di Aceh Barat sebab di Kecamatan inilah banyak ditemukan
masyarakat Aceh yang berbahasa jamu atau aneuk jamee. Mereka sesungguhnya
adalah suku Aceh asli yang pulang meratau dari Minang.
Asal muasal terjadinya
sebagai berikut : Pada tahun 1630, Sultan Iskandar Muda sangat giat dalam
menaklukan wilayah Sumatera termasuk di Tanah Minang. Setelah beliau menguasai
Tanah Minang maka beliau menempatkan seorang Gubernur Militer yang bernama
Teuku Laksamana Muda Nanta, Panglima Perang Aceh di Andalas Barat. Setelah Abad
XVIII terjadinya revolusi Paderi disana maka keturunan Teuku Laksamana ini
merasa tidak nyaman karena adanya Konflik dengan Tokoh Minang seperti Imam
Bonjol, Haji Piobang, Haji Miskin dan Haji Damanik. Maka berangkatlah mereka
untuk pulang ke Aceh.
Rombongan ini dipimpin
Machdum Sakti (garis keturunan Teuku Umar) dan mendaratlah mereka di Rantau Nan
Dua Baleh pada masa Sulthan Jamalui. Sebenarnya ada tiga datuk yang terkenal
yang menjadi Kepala yaitu :
1. Datok
Machudum Sakti dari Rawa
2. Datok
Radja Agam dari Luhak Agam
3. Datok
Radja Alam Song Song Buluh dari Sumpu
Orang-orang
ini lalu menetap masing-masing menebas hutan membuat negeri dan rombongan itu
terbagi menjadi tiga yaitu:
1. Datok
Machudum Sakti bermukim di Meureubau
2. Datok
Radja Agam bermukim di Ranto Pandjang
3. Datok
Radja Alam Song Song bermukim di Buluh di Ujung Kalak dan kawin dengan anak
seorang patut jang berpengaruh di Ujung Kalak.
Sejak sebelum Republik Indonesia Merdeka, wilayah
pesisir Kaway XVI banyak disinggahi oleh pedagang-pedagang dari Padang dan
Pariaman. Banyak diantara pedagang tersebut akhirnya menetap sambil terus
berniaga sehingga lambat laun daerah pesisir ini menjadi ramai sebagai Bandar
Perniagaan, pernah tumbuh pesat diwilayah Kemukiman Ranto Panjang, di sana
menjadi Bandar Perniagaan untuk Kota Meulaboh (menurut cerita orang-orang tua
yang ada diGampong Ranto Panjang).
Daerah pesisir Kaway XVI terus
berkembang pesat sehingga menjadi ramai dan pembagian wilayah-wilayah menjadi
gampong antara lain Gampong Meureubo, Ujong Drien, Pasi Pinang, Ujong Tanjong,
Langung dan Peunaga.
Nomenklatur Kecamatan Meureubo dan
Ranto Panjang dijadikan wilayah pesisir dan sering dipakai dalam pembagian
jadwal-jadwal pelayanan di Kecamatan Kaway XVI itulah lahir wilayah Meureubo.
Adapun nama Meureubo dijadikan kecamatan berawal dari nama Gampong Meureubo,
dimana Pusat Kantor kecamatan berdiri di dalam Gampong Meureubo.
Dari factor alam, Kecamatan Meureubo
terletak di daerah tropis yang memilik wilayah pesisir dan sebagian lagi
wilayah perbukitan yang memiliki tingkat kesuburanyang baiki, hal ini terlihat
dengan tumbuh suburnya perkebunan Karet, Kelapa, Sawit dan Sector Pertanian
lainnya seperti sawah tadah hujan dan jenis pertanian lainnya.
Disamping itu juga, di dalam tanah
Kecamatan Meureubo untuk daerah perbukitan dan sekitarnya mengandung bahan
mineral berupa batubara.
Dari factor ekonomi, mayoritas
masyarakat di Kecamatan Meureubo bermata pencarian sebagai petani, dan sebagian
yang lain berprofesi sebagai nelayan, pedagang dan pegawai negeri sipil.
Rutinitas pencarian sector pertanian meliputi kegiatan persawahan
(Menanam padi), dan sector perkebunan meliputi kegiatan sebagai petani karet,
sawit dan kelapa. Disamping itu juga sebagian masyarakat pesisir melaksanakan
ritinitas sebagai nelayan.
Ditinjau dari bidang social budaya,
masyarakat kecamatan Meureubo sekitar 99% menganut agama islam dan sepenuhnya
mendukung pelaksanaan Syariat Islam sebagai salah satu Keistimewaan Provinsi
Aceh.
Bahasa Aneuk Jamee dan Bahasa
merupakan pengantar sehari-hari yang secara turun-temurun telah menyatu dalam
satu budaya yang tidak dapat dipisahkan.
Masyarakat kecamatan Meureubo
umumnya mengkonsumsi beras, sagu, pisang, dan singkong. Seni budaya yang khas
antara lain : Pencak Silat, Rapai Saman, dan Seudati serta Tarian Ratep
Musekat.
Dilihat dari segi infrastruktur,
Kecamatan Meureubo pada saat ini sedang berjalan proses pembangunan, hal ini
dapat dilihat dengan hadirnya Perusahaan tambang batu bara dan penegerian
Kampus UTU serta hadirnya beberapa Penguruan Tinggi Swasta lainnya. Selain itu
juga dapat dilihat dengan dibangunnya fasilitas Kantor Pemerintah yang
berlokasi di Kecamatan Meureubo.
Dari segi ekonomi, dengan hadirnya
Penguruan Tinggi baik Negeri maupun Swasta serta Perusahaan-Perusahaan, dengan
sendirinya masyarakat yang berada disekitar tersebut sangat merasakan pengaruh
dan manfaatnya bagi kehidupan mereka. Dengan kata lain tingkat pendapatan
mereka mengalami peningkatan.
Dari sektor SDM,masyarakat Kecamatan Meureubo
umunya telah mampu baca tulis, dengan kata lain telat mengenyam pendidikan,
baik pendidikan formal maupun informal. Apabila di Kecamatan Meureubo
keberadaan Pesantren atau Dayah-dayah sangat berperan aktif dalam memajukan dunia
pendidikan yang berdampak pada peningkatan sektor masyarakat itu sendiri.
Darimana
asal usul Meureubo? Nama Meureubo berasal ketika keturunan orang-orang Aceh
yang ditugaskan oleh Kesultanan Aceh ke daerah Minang kembali ke Aceh dan singgah ditempat yang
sekarang bernama Meureubo, dan disebut oleh mereka marabou (merupakan bahasa
minang yang berarti meraba) yang bermaksud mereka meraba-raba dalam rangka
mencari saudara yang tinggal di Aceh. Namun juga ada pendapat yang mengatakan
bahwa nama Meureubo berasal dari banyak batang Rabo di daerah tersebut.
Salah satu kemukiman di Meureubo
adalah Rantau Panyang terkenal dengan ketrampilan masyarakat terutama dalam
kerajinan tangan seperti pandai emas, namun yang paling terkenal masa itu
adalah kemampuan mereka dakam membuat tudung, inilah yang dimaksud dengan
“Rantau Panyang Cop Keureudong”
Sementara masyarakat Ujung Tanjong terkenal
dengan kemampuan orasi lisan mereka terutama dalam Dakwah Agama makanya “Ujung
Tanjong peugah haba’’
Meureubo yang berdomisili diseputar
Krueng Meureubo dianggap ahli sebagai nelayan makanya mereka dijuluki dengan
“Awak Meureubo Jak Meukawe’’ Disamping itu Meureubo karena memiliki akar yang
kuat dengan budaya Minang mereka juga terkenal sebagai pusat keagamaan bagi
Aceh Barat dan ketrampilan Pencat Silat.
Sementara itu Peunaga adalah tempat
yang indah alamnya karena adanya lagin dan sungai kecil dengan nyiur kelapanya
makanya disebut dengan “Jak Meuwet Wet U Peunaga”
Meureubo juga terkenal sebagai pusat
orang-orang kaya baik dari bisnis kerajinan emas maupun hasil alam. Yang paling
terkenal pada masa barter dulu tahun 1940-50-an adalah H. Dariyah dimana beliau
adalah ekportir karet dan hasil bumi lainnya terutama dengan Pulau Pinang,
Malaysia. Hubungan Pulau Pinang dengan Meulaboh akan kita bahas dalam judul
Pasar Aceh
H. Dariyah adalah pengusaha yang
sukses dan pada masa itu beliau sudah memiliki telepon rumah, beliau yang lebih
dikenal dengan Gedung Kuning bagaikan kastel dan bentuk arsitektur rumah-rumah
yang ada di Pulau Pinang. Dirumah yang luas itu juga ditanam rambutan yang
manis rasanya, beliau juga memiliki perkebunan karet serta rumanya dihiasi
dengan barang barang dari tanah Melayu dan Singapura.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar